27 April 2008

BUDAYA TRADISIONAL

Tarompet Sisingaan

Keberadaan tarompet sisingaan yang digunakaan sekarang, pada awalnya merupakan tarompet karawang pada keseniaan Ajeng. Hal ini bisa dilihat dari bentuk tarompet kesenian ajeng yang bentuknya sama dengan tarompet sisingaan sekarang dan disebut taompet karawang. Sedangkan tarompet sisingaan pada masa lalu bentuknya sama dengan tarompet kendang penca.

“ Tarompet sisingaan anu ayeuna, sabenerna eta the tarompet Karawang. Anu aya dina kaseniaan ajeng. Taun 1967 basa bapa latihan jeung taman bincarung, Pa Susilo katua sanggarna, nitah ngaganti tarompet, anu harita kubapa dipake, kutarompet belentuk. Da, tarompet sisingaan mah sarua jiga tarompet penca, ngan ditiupna eungap” (Skripsi Nunung haryaman, Wawancara Bah Walim, 1998:9).

Sedangkan menurut pendapat Amar, bahwa tarompet sisingaan sekarang pada awalnya merupakan tarompet pada keseniaan doger,hanya tahun pelopornya tidak jelas.

Doger merupakan keseniaan yang berkembang pada masa penjajahan jepang sekitar tahun 1942-1955 didaerah Pabuaran, Kalijati, Purwodadi, Koranji dan di sekitar pabrik the. Dalam pertunjukannya selalu berpindah-pndah, dan dipergunakan untuk ngamen dari satu daerah ke daerah lain ( Anis Sunaja, 1996 : 36 ).

Menurut informasi hasil wawancara, bahwa pemain doger melakukan ngamen apabila sedang terjadi paceklik. Berikut waditra doger terdiri dari:

1. Kendang indung dan dua buah kulanter

2. Gembyung

3. Kemprang

4. Kecrek

5. Tarompet

Menurut pendapat seorang dalang didaerah Gemor Pagaden Subang, hasil wawancara Nunung Haryaman 1996, Maman (alm), bahwa pada tahun 1955-an telah hadir kesenian Belentuk Ngapung. Kesenian ini berkembang didaerah pesisir pantai. Dengan waditra yang digunakannya :

1. Tarompet

2. Kecrek

3. Dog-dog

4. Gembyung

5. Coet (ulekan)

Dari informasi tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa tarompet sisingaan berasal dari ketiga jenis kesenian tersebut diatas, dengan dua kemungkinan, pertama mungkin diantara penonton ada yang tertarik dengan tarompet belentuk, kedua mungkin diantara penonton ada yang mencoba memasukan tarompet belentuk dalam keseniaan sisingaan.

Istilah tarompet

Istilah tarompet berasal dari pemain empet. Empet yaitu suara yang ditimbulkan

Dar potongan lembar daun kelapa atau daun aren, kata tara dari tarompet berasal dari tala yang artinya jantung. Tara empet ( tarompet ) artinya jantung suara atau sumber bunyi tarompet ( Ubun Kubarsah, 1989:46 ) sedamgkan istlah laindari tarompet adaa hitungan waktu,yang diambil dari tulisan Jawa HA-NA-CA-RA-KA, DA-TA-TA-SA-WA-LA, PA-JA-YA-NA-NYA, MA-GA-BA-NGA. Ta artinya tujuh, menunjukan hari dalam seminggu, Ro asal kata Ra yang berarti empat, menunjukanarah mata angina, sedangkan Pet berasal dari kata Pa yang berarti Satu. Bila dijumlahkan angka tujuh dengan empat memjadi sebelas ditambah satu jumlahnya menjadi dua belas menunjjukan dua belas dalam setahun. Jadi tarompet merupakan hitungan atau tanda, dimana jumlah dari lubang nada tarompet tujuh buah, jumlah laras ada empat, salendro,pelog,degung,dan madenda ( Encon, wawancara 1998:6 )

Konstruksi

Konstruksi tarompet sisingaan dibagi menjadi lima bagian :

a. Bagian cerobong disebut depak/kembang, berfungsi sebagai penguat resonator suara. Depak/kembang ini dibuat dari kayu Mahoni(Swietenia Sp) atau bias juga digunakan kayu jenis lain seperti nangka (Bestuni Sp), Waru (Aniktenia Brens) bentuk depak/kembang sperti toa sebagai penguat dan pengeras suara.

b. Bagian badan disebut batang/suling. Pada batang ini terdpat lubang nada sebanyak 7 buah yang berfungsi untuk menghasilkan melodi nada, titi laras(tangga nada)dan warna nada. Suling terbuat dari pohon jati (Tektona Grandis), keunggulannya kayu ini keras serta tahan terhadap perubahan suhu dan udara. Dan tidak berubah warna nada dan laras menjadi alas an kenapa pengrajin tarompet memilih kayu ini sebagai batang.

c. Bagian penutup mulut besar disebut biwir tarompet, yang berbentuk melingkar dan berlubang ditengahnya. Lubang tersebut berfungsi untuk meletakan sunglon bikang..

d. Bagian sunglon, sunglon ini ada duajenis, yaiotu sunglon bikang(betina) dan jalu (jantan). Sunglon bikang ukuranya lebih besar dari jaluterbuat dari batang bamboo kering (rerenteng sunda. Sedangkan sunglon jalu terbuat dari bulu itik jantan (Cignus Atraktus) atau taogri (Cairena Sculata).

e. Empet, bagian sumber bunyi, empet ini terbuat dari lapisan daun kelapa atau aren yang sudah kering dan di diikatkan pada sunglon jalu.


Pembuat Tarompet sisingaan

Persiapan

Dalam pembuatan tarompet ada beberapa hal yang perlu diasiapkan diantaranya:

1. bahan, untuk bahan batang/suling tarompet sebagaimana telah diterangkan diatas biasanya mengunakan kayu jati (Tektona Grandis). Untuk pembuatan batang suling tarompet diperlukan panjang kayu jati lebih kurang 45 cmdengan diameter 3 cm. sedangkan depaknya panjang 15 cmdengan diameter 10 cm.

2. Peralatan , peralatan yang digunakan dalam pembuatan tarompet antara lain :

a. gergaji

b. Pisau raut

c. Golok

d. Tiga buah jara(besar, sedang,kecil)

e. Ampelas kayu dan ampelas besi no 00

f. Anglo

Ukuran tarompet dapat dibagi menjadi tiga ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang , dan kecil. Dalam hal ini yang paling banyak dipergunakan oeniaup tarompet adalah ukuran sedang.

Berikut sampel yang diambil dari Suherli pengrajintarompet asal subang dengan mengunakan mesin bubut kaki. Adapun ukurannya tiap-tiap bagiannya sebagai berikut:

1. ukuran empet, panjang x lebar 1,5cm panjang sunglon 1,5cm diameternya 5 mm atau disesuaokan sunglon bikang. Panjang keseluruhan 2,5 cm.

2. ukuran biwir tarompet, tebal 3 mm. diameter lubang 3 cm, panjang bagian lubang 1 cm disedsuaikan dengan ukuran pupurus.

3. Ukuran batang, panjang 40 cm diameter bawah 4 cm diameter atas 1 cm, panjang bagian lubang nada 21 cm, tebal pupurus atas 2 mm, batas lubang nada atas dengan pupurus 16,5 cm, panjang pupurus bawah 1 cm tebal pupurus bawah 2 mm, jarak lubang nada 1 – 2 = 3 cm, 2 – 3 = 3,5 cm, 3 – 4 = 3,5 cm, 4 – 5 = 3,7 cm, 5 – 6 = 3,5 cm, 6 – 7 = 3,5 cm.

4. bagian depak, panjang 11 cm, panjang tempat pupurus 1 cm, diameter depak bawah 21 cm, diameter atas 5 cm, tebak bibir depak bawah 2 mm. panjang keseluruhan 50 cm.

proses pembuatan tarompet dibagi menjadi lima tahap :

1. Pembuatan Depak, pembuatan depak terdiri dari beberapa tahap kerja. Yaitu pembuatan lubang. Bentuk dan tahap penghalusan.

a. Bahan, ukuran bahan yangb diperlukan untuk depak, panjang 13 cm dan diameter 21 cm

b. Pembuatan lubang, depak dilubangi dengan menggunakan jara yang terlebih dahulu di bakar. Dan tidak langsung dengan jara besar tetapi bertahap menggunakan jara kecil terlebih dahulu kemudian jari sedang dan jara besar.

c. Pembuatan bentuk; pembuatan bentuk dimulai dari ujung yang paling lebar jearah yang lebih kecil.

2. Pembuatan batang suling, pembuatan batang suling pada prinsipnya sama dengan pembuatan depak hanya saja bahan dan ukurannya berbeda. Panjang 55 cm dan lebar 5 cm.

3. Pembuatan biwir tarompet

a. Besarnya bahan; besar bahan yang akan diolah yaitu berdiameter 5 cm dengan ketebalan 0,5 cm

b. Proses pembuatan, tempurung kelapa dipotong dengan menggunakan gergaji, kemudian dibentuk menggunakan golok sehingga menjadi bundar. Sesudah berbentuk biwir, kemudian tempurung kelapa tersebut dikerik dengan pisau raut. Bagian terakhir ditengah-tengahnya dilubangi untuk tempat penyimpanan pupurus,

4. Pelarasan

Yang dimaksud dengan pelarasan yaitu mengatur nada menurut urutan dan frekuensi yang sesuai dengan tuntunan yang berlaku dalam pengetahuan Karawitan Sunda.

a. Melaras nada

Masalah, sebelum dilaras biasanya terdapat nada yang tidak diinginkan atau sumbang, hal ini diakibatkan oleh dua kemungkinan, yaitu pupurus atasnya agak kepanjangan atau lubang nada terlalu sempit

Solusi, hal ini diatasi dengan cara memotong bagian atas pupurus, atau melubangi bagian lubang yang sempit

b. Memperbaiki timbre

Masalah, apabila warna suara yang dihasilkan tarompet tidak memadai, itu diakibatkan tidak rapih dalam pembuatan.

Solusi, hali ini bisa diatasi dengan merobah atau menganti setelan empet.

c. Ambitus

Masalah, ambitus dalam tarompet baru tercapat hingga 3 oktaf

5. Pewarnaan

a. Bahan poles; bahan poles yang digunakan yaitu pernis dan cat kayu

b. Alat; alat yang digunakan kuas cat dan kuas lukis

c. Caranya; tarompet diampelas hingga halus, untuk menghilangkan bebkas-bekas papas an, kemudian diflitur gosokan dengan tarikan keatas dan kebawah memanjang mengikuti jaringan serat kayu, setelah itu biarkan mongering lalu gosok dengan hampelas halus secara perlahan.

Fungsi tarompet dalam keseniaan sisingaan

Fungsi tarompet dalam keseniaan sisingaan sama halnya dengan fungsi rebab dalam kiliningan atau jaipongan. Adapun fungsi-fungsinya sebagai berikut :

a. Sebagai pangkat lagu

b. Sebagai lilitan melody

Cara memainkan tarompet sisingaan

Dalam teknik memainkan tarompet sisingaan menjadi dua bagian yaitu teknik tiupan dan teknik penjarian.

a. Teknik penjarian

Teknik penjarian yaitu menutup dan membuka lubang dengan menggunakan jari kanan dan jari kiri untuk menghasilakan nada yang diinginkan.

1. Tiga buah lubang dari atas ketengah mengunakan 3 jari yaitu telunjuk, jari tengah dan jari manis, jari-jari tersebut bisa jari tangan kanan atau pun kiri tergantung peniup.

2. Empat lubang dari tengah kebawah memggunakan 4 jari, yaitu telunjuk, jari tenganh, jari manis, dan kelingking. jari-jari tersebut bisa jari tangan kanan atau pun kiri tergantung peniup.

Posisi tangan, yaitu bila tiga lubang dari atas ketengah menggunakan jari tangan kanan, maka empat lubang berikutnya menggunakan jari tangan kiri, atau sebaliknya.

Jari Telunjuk

Jari tengah

Jari manis


Jari Telunjuk

Jari tengah

Jari manis

Jari kelingking


Tarompet Ajeng

Tidak ada komentar: